Agen Bola – Setiap dua tahun sekali, suku Gurung di Nepal mempertaruhkan hidupnya memanjat tebing Himalaya untuk mengumpulkan madu dari sarang-sarang lebah yang bergelantungan di tebing-tebing Himalaya yang curam dan terjal. Dan orang Gurung sudah melakukan tradisi ini sejak ratusan tahun yang lalu, turun temurun dari nenek moyang mereka.
Bandar Bola Online - Andrew Newey, fotografer yang mengabadikan momen-momen epic proses perburuan madu ini mengatakan bahwa keahlian memanjat tebing ini sudah menurun drastis saat ini, begitupun dengan supply madu. Dari generasi ke generasi mengalami degradasi.
Lihatlah bapak tua sang pemburu madu ini, suatu gambaran pemandangan yang unik dan langka. Mungkin bapak tua ini sudah menghabiskan ratusan ribu jam terbang sebagai pemanjat tebing dan pemburu madu. Generasi penerus beliau mungkin sudah tidak berminat lagi untuk memanjat tebing seperti beliau.
Supply madu dari lebah sudah jauh berkurang dibandingkan puluhan atau bahkan ratusan sebelumnya. Apapun, semuanya adalah rizki yang semestinya disyukuri.
Menikmati madu asli berkualitas tinggi. Sungguh nikmat sekali! suatu anugerah dari Allah yang sangat pantas untuk disyukuri. Mmhh, bagi dong!
Situs Taruhan Bola - Untuk mengumpulkan madu, para pemburu madu Gurung ini hanya menggunakan tangga dari tali yang dirakit oleh tangan-tangan terampil mereka. Selain itu mereka menggunakan tongkat kayu panjang yang disebut tangos. Sebagaimana layaknya proses panen madu, pemburu madu Gurung juga menggunakan asap untuk mengusir lebah-lebah ganas terbesar di dunia di lereng Himalaya.
Tangga tali hasil rakitan tangan para pemburu madu. Cukup kuat untuk menahan kaki dan tubuh gagah mereka. Yap! seorang pekerja keras terlihat gagah ketika mereka bekerja.
Tongkat panjang bambu sudah cukup untuk membantu panen madu. Foto yang epic!
Asap mulai dinyalakan sebelum pekerjaan memanen madu dimulai.
Apis dorsata laboriosa, lebah terbesar di dunia, dengan panjang 3 cm.
Bekerja memburu madu. Sungguh gagah bapak yang bekerja keras ini.
Pada musim gugur, hasil perburuan madu dapat menghasilkan 200 liter madu yang kemudian dibagi-bagikan secara merata untuk penduduk desa mereka. Sedangkan pada musim semi dapat menghasilkan 80 liter madu. Madu merah hasil panen musim semi ini kemudian diekspor ke Jepang Korea, dan China untuk kebutuhan pengobatan di sana.
Tim pemburu madu ada yang stand-by di bawah untuk mengumpulkan madu yang diturunkan dari atas tebing.
Kepingan sarang madu yang sangat besar menggantung di tebing Himalaya.
Mengangkut kepingan sarang lebah berisi madu hasil buruan.
Tidak hanya Gurung di Himalaya, tradisi memburu madu ini adalah tradisi kuno yang sudah berlangsung sejak 8.000 sebelum masehi. Umumnya tradisi ini dipraktekkan oleh suku dan penduduk Afrika, Asia, Australia, dan Amerika Selatan. Bahkan di Indonesia, kegiatan perburuan madu ini masih berlangsung hingga saat ini di hutan-hutan Sumbawa dan Riau. Dari sini kita jadi tahu kenapa madu liar itu harganya berkali-kali lipat lebih mahal dibandingkan madu hasil dari lebah yang diternakkan.
Tim pemburu madu tebing Himalaya sedang berpose setelah panen.
Foto terakhir ini benar-benar menakjubkan. Inilah surga madu. Amazing! Coba hitung ada berapa sarang madu pada gambar di bawah ini?
by : www.303vip.net
No comments:
Post a Comment